Jumat, 25 Desember 2009

Kesuksesan

Kompas edisi 2 Januari 2008, di halaman pertama menceritakan tentang perjuangan seorang bernama Ratim (43 tahun) untuk mengumpulkan botol plastik minuman mineral dan juga kertas-kertas koran bekas pengunjung acara malam tahun baru 2009 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Jika di saat malam menjelang pergantian tahun 2008 ke 2009, banyak orang yang berpesta pora menyambut hal itu, justru Ratim sejak pukul 20.00 WIB menunggu rezeki yang di nanti-nantinya sekali dalam setahun. Saat lonceng menunjuk pukul 2.00 WIB dinihari tahun 2009, acara mulai usai dan Ratim sudah mengumpulkan botol plastik minuman sebanyak 2 karung. Satu karung berisi rata-rata 4 Kg. Per Kg, harganya Rp. 1,400,- Ratim berharap bisa memperoleh 20 karung. Selain botol-botol plastik, Ratim juga mengumpulkan koran-koran bekas alas duduk pengunjung, per Kg bisa di jual Rp. 1,200,- Pada saat tahun baru 2008 lalu, ratim bisa memperoleh Rp. 100,000,- Tahun ini ia berharap bisa memperoleh lebih banyak. Ratim menggeluti profesi tersebut sejak 10 tahun lalu, dari hasil kerja kerasnya tersebut, ia bisa menyekolahkan ketiga orang anaknya hingga SMA. Penghasilan rata-rata per hari adalah Rp. 30,000,-
Kisah lain berkaitan dengan perjuangan di awal tahun baru 2009, juga di beritakan oleh salah satu petugas kebersihan di Taman Impian Jaya Ancol, Sulistyowati (35) mengatakan bahwa tahun ini adalah pertama kalinya ia masuk sebagai petugas kebersihan di Ancol untuk membersihkan sampah-sampah setelah pesta Tahun Baru 2009. Ibu 3 orang anak ini mengatakan bahwa, sehari-hari ia bekerja sebagai tukang cuci pakaian, khusus untuk hari ini, kebetulan ia diajak temannya. "Upahnya lumayan, kerja tiga jam dapat Rp. 50,000,-. Itu sama kalau saya mburuh nyuci seharian. Lebih capek lagi, karena harus njemur trus nyetrika", ujar Sulistyowati.

Mundur ke belakang, Kompas 26 Desember 2008, di halaman 10, menceritakan kisah bunuh diri nya seorang manajer investasi di sebuah perusahaan investasi, Access International, yang bernama Thierry de la Villehuchet (65). Diberitakan bahwa sebagai salah satu eksekutif puncak, ia mengelola dana nasabah sebesar 2,79 Milliar dollar AS (1 US Dollar diasumsikan sama dengan Rp. 10,000,-). Selama ini, Thierry merupakan pengelola keuangan ternama dan di percayai oleh nasabah-nasabah dari Eropa. Salah satu mantan rekannya, Bill Rapavy menggambarkan Thierry , "Dia tidak bercela".
Namun, apa yang menyebabkan ia mengambil langkah mengakhiri hidupnya? Thierry telah kehilangan lebih dari 1 Milliar dollar US karena berinvestasi di perusahaan milik Madoff. Thierry melibatkan semua sahabat dan orang dekat nya agar berinvestasi ke Madoff. Dia telah berusaha siang dan malam untuk kembalikan dana-dana tersebut, namun reputasi nya yang sangat "tidak tercela" selama ini membuatnya tidak kuat menahan masalah ini, sehingga ia mengambil jalan pintas, dengan bunuh diri.

Dua kisah diatas menunjukkan suatu hal yang kontradiktif, di cerita pertama menceritakan bagaimana perjuangan dari "tenaga kebersihan" untuk berjuang hidup di ibukota yang sangat keras, hasil pendapatan mungkin oleh sebagian orang dianggap "kecil", namun dengan hasil tersebut, mereka bisa membiayai dan menghidupi 3 orang anak. Sebaliknya di cerita ke-dua menceritakan bagaimana kehidupan seorang eksekutif sebuah perusahaan investasi di Eropa, yang mengelola dana sebesar 2,79 milliar US dollar (setara dengan kurang lebih Rp. 27,900,000,000,000,-), bayangkan betapa besar gaji yang diperolehnya, katakan hanya 10 % saja, maka ia mempunyai gaji sebesar Rp. 2,790,000,000,000,- luar biasa bukan?
Dari dua cerita di atas, manakah yang bisa di katakan sukses? apakah Ratim, Sulistyowati, atau Thierry?????

Jika kita menggunakan pandangan 'kebanyakan orang', maka kebanyakan dari kita, mungkin akan mengatakan Thierry lah (lepas dari kisah bunuh diri nya atau sebelum ia bunuh diri) yang sukses, karena ia adalah eksekutif yang bergaji besar dan pastilah sangat kaya.
Banyak orang mengaitkan kesuksesan dengan ketenaran, kekayaan, atau kekuasaan. Namun apakah semua ini ukuran kesuksesan yang sejati? Hingga taraf tertentu, kita memang butuh uang untuk hidup. Namun, apakah kesuksesan tergantung pada penimbunan kekayaan?
Penelitian di China baru-baru ini menunjukkan, bahwa ketika pendapatan naik rata-rata 250%, orang-orang malah menjadi kurang puas dengan kehidupan. Kalau begitu, kesuksesan pastilah berkaitan dengan sesuatu yang lebih penting daripada ketenaran, kekayaan, atau kekuasaan. Tidakkah masuk akal jika mengukur kesuksesan berdasar bagaimana pribadi seseorang seutuhnya, termasuk prinsip-prinsip maupun tujuan hidupnya? Misalnya, bisa saja seseorang cerdas dan berkuasa, tetapi kehidupannya tidak bermoral serta tanpa kasih sayang dan sahabat sejati. Adapula yang tenar dan kaya, namun sewaktu merenungkan kehidupannya, ia bertanya, " Untuk apa semua ini? Apa makna kehidupan saya?".

SIAPA yang bisa menuntun manusia ke jalan menuju kesuksesan sejati?
Apakah kita pernah berpikir untuk berpaling ke Pencipta kita? Mengapa adalah hal yang masuk akal untuk berpaling ke Pencipta kita? Ia tahu mengapa Ia membentuk kita dan, oleh karena itu, Ia tahu apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita. Ia juga tahu bagaimana Ia membentuk kita (secara fisik, mental danemasoi) Jadi, Allah tahu prinsip-prinsip yang paling baik untuk membimbing manusia.

Ada 6 kunci untuk memperoleh Kesuksesan Pribadi (seperti di sadur dari Majalah “SEDARLAH” edisi November 2008) yang saya rasa cocok untuk di coba terapkan dalam kehidupan kita, yaitu :

1. Miliki Pandangan yang Benar tentang Uang.
“Cinta akan uang adalah akar segala macam perkara yang mencelakakan, dan dengan memupuk cinta itu beberapa orang telah….menikam diri mereka dengan banyak kesakitan.” (1 Timotius 6 : 10).
Cinta uang, kenyataannya cinta itulah yang menjadikan uang sebagai majikan, atau allah. Kekayaan tidak hanya mengundang kekecewaan tetapi banyak kepedihan. Misalnya, sementara dengan gigih mengejar kekayaan, beberapa orang korbankan hubungan dengan keluarga dan teman, kurang tidur, rasa kuatir dan kecemasan yang berlebihan.
Singkatnya cinta akan uang merusak diri dan pada akhirnya mengarah kepada kekecewaan, frustasi, atau kejahatan. (Seperti contoh Mr. Thierry di atas yang karena frustasi, akhirnya bunuh diri, karena apa?? Karena UANG). Yang lebih berkaitan erat dengan dengan kebahagiaan dan kesuksesan adalah sifat murah hati, sikap suka mengampuni, kebersihan moral, kasih dan kerohanian.

2. Pupuk Kemurahan Hati
“Lebih bahagia memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35)
Dengan sesekali memberi kita bisa memperoleh saat-saat yang membahagiakan, namun dengan sifat murah hati, kita bisa menjadi orang yang berbahagia. Seorang peneliti bernama Stephen G. Post menyimpulkan bahwa sikap tidak mementingkan diri dan kerelaan membantu orang lain di kaitkan dengan umur yang lebih panjang, kesehatan jasmani dan mental serta berkurangnya depresi. Orang-orang yang benar-benar murah hati dan tanpa pamrih, dihargai dan dikasihi khususnya oleh Allah (Ibrani 13:16). Contoh paling bagus, adalah putra Allah sendiri, yaitu Yesus, yang memberikan Kehidupannya untuk menebus dosa umat manusia.

3. Ampuni dengan Lapang Hati
Sekarang ini, orang tidak suka mengampuni, sebaliknya mereka lebih suka membalas daripada memperlihatkan belas kasihan. Akibatnya? Penghinaan memicu penghinaan, dan kekerasan menghasilkan kekerasan (akibatnya muncul perang dimana-mana).
Bagaimana Anda bisa menjadi lebih suka mengampuni? Mulailah dengan memeriksa diri sendiri secara jujur. Tidakkah Anda kadang-kadang membuat orang lain kesal? Dan, tidakkah Anda senang bahwa mereka mengampuni Anda? Kembangkanlah Pengendalian Diri. Anggaplah Pengendalian Diri sebagai kekuatan. “Ia yang lambat marah lebih baik daripada pria perkasa” kata Amsal 16:32. Menurut Sang Pencipta, orang yang lambat marah lebih BAIK daripada pria perkasa……

4. Patuhi Standar-Standar Allah
“Perintah Yehuwa itu bersih, membuat mata bersinar.” (Mazmur 19:8)
Singkatnya standar dari Sang Pencipta itu bersih dan baik bagi kita – secara jasmani, mental, dan emosi. Standar-standar itu melindungi kita dari praktek-prektek berbahaya seperti penyalahgunaan obat bius, pemabukan, pornografi, dan perbuatan seksual yang tercela (2 Korintus 7:1; Kolose 3:5)

5. Perlihatkan Kasih yang tidak Mementingkan Diri
“Kasih membangun.” (1 Korintus 8:1)
Dapatkah Anda membayangkan kehidupan tanpa kasih sayang? Betapa hampa dan tidak bahagianya keadaan itu!” Seorang dokter Dean Ornish menulis, “Kasih dan keakraban merupakan factor penentu yang membuat kita sakit dan sehat, yang menyebabkan kesedihan dan kebahagiaan, yang membuat kita menderita dan sembuh,……”

6. Sadarlah akan Kebutuhan Rohani Anda
“Berbahagialah mereka yang sadar akan kebutuhan rohani mereka.” (Matius 5:3)
Tidak seperti binatang, manusia memiliki kesanggupan untuk menghargai hal-hal rohani. Itulah sebabnya mengapa kita mengajukan pertanyaan seperti : Apa makna kehidupan? Apakah Ada Pencipta? Bagaimana keadaan kita setelah mati? Apa Masa depan kita?. Di seluruh dunia, jutaan orang yang berhati jujur mendapati bahwa Alkitab menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pencipta kita ingin agar kita menikmati lebih dari sekedar kesuksesan sementara selama 70 atau 80 tahun. Ia ingin kita sukses untuk selama-lamanya! Putra Allah, Yesus, mengatakan, “ Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus” (Yoh. 17:3).

Semoga informasi yang ada di atas dapat bermanfaat, bagi rekan-rekan pembaca semua. Terima Kasih.



“MSS PUBLISHER………2009”
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

 

yosia solaiman Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa